Minggu, 03 Juli 2011

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA



PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA







Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Sejarah Masyarakat Indonesia Baru Tahun Akademik 2010/2011


 






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tidak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk menambah wawasan pembaca mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selain itu makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Masyarakat Indonesia Baru yang di berikan oleh dosen.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini. Selanjutnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amien .


Purwokerto, Juni 2011
                                   
                                                                                                            Penyusun









DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I       :      ISI
A.      Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia
B.       Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
C.       Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
D.      Proses Pembentukan Negara Pemerintahan Beserta Kelengkapannya

BAB II     :      Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
ISI


A.    Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia

1.   Kekosongan Kekuasaan
Jepang terjun sebagai Negara imperialis mengikuti jejak bangsa – bangsa barat. Keberhasilan pasukan jepang menghancurkan pangkalan angkatan laut amerika serikat di pearl harbor, Hawaii menyebabkan ruang gerak pasukan jepang bertambah leluasa. Gerakan pasukan jepang mengkhawatirkan kedudukan bangsa – bangsa eropa dikawasan asia tenggara dan pasifik.
Dalam upaya menghadapi gerakan bangsa jepang, Negara – Negara barat membentuk suatau pasukan gabungan yang dikenal dengan sebutan front  ABCD ( amerika serikat,british/inggris, china, dutch/belanda ). Namun, kedudukan ABCD ( amerika serikat, british/inggris, china, dutc/belanda ) berhasil didesak oleh pasukan jepang. Pasukan jepang terus berupaya untuk menghancurkan wilayah pertahanan dari front ABCD. Namun, pada pertempuran yang terjadi dilaut karang tanggal 7 Mei   1945 pasukan jepang mengalami kekalahan yang luar biasa dari pasukan gabungan front ABCD tersebut.
Sejak kekalahan dalam pertempuran dilaut karang itu, posisi pasukan jepang di asia pasifik juga semakin terdesak. Dalam setiap pertempuran menghadapi pasukan gabungan itu, pasukan jepang mengalami kekalahan. Pasukan amerika serikat melakukan serangan kepusat – pusat industri milik jepang yaitu hirosima dan Nagasaki. Pada tanggal 6 agustus 1945 giliran kota hirosima dijatuhi bom atom oleh amerika serikat dan tanggal 9 agustus 1945 kota Nagasaki.
Hancurnya kedua kota andalan jepang itu membuat jepang tidak berdaya dan kemudian menyerah tanpa syarat kepada pasukan sekutu pada tanggal 14 agustus 1945. Menyerahnya pasukan jepang kepada pasukan sekutu mengakibatkan terjadinya kekosongan kekuasaan diwilayah Indonesia, karena pasukan sekutu yang ditugaskan untuk menerima kekuasaan atas wilayah Indonesia dari tangan jepang belum tiba di Indonesia. Sementara itu, pemerintah pendudukan jepang diwilayah Indonesia sudah tidak menjalankan tugasnya lagi sebagai penguasa wilayah Indonesia, sejak tanggal 14 agustus 1945.
Keadaan ini merupakan peluang yang sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Para pemuda yang telah mendengar berita tentang kekalahan pasukan jepang dari pasukan sekutu merasa kebingungan, karena  para pemimpin bangsa Indonesia yang sangat diharapkan seperti bung karno dan bung hatta sednag berada di Saigon ( Vietnam ) untuk memenuhi panggilan panglima pasukan jepang untuk wilayah asia tenggara yaitu marsekal terauchi. Mereka baru kembali ke Indonesia pada tanggal 15 agustus 1945 dan menemukan Indonesia tanpa memiliki pemerintahan.

2.   Kegiatan Pemuda Pejuang di Jakarta
Peran para pemuda merupakan suatu kekuatan yang diandalkan uuntuk mendukung tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. Mereka terlibat dalam pembentukan organisasi semimiliter dan militer. Organisasi ini termasuk organisasi yang resmi karena dilakukan atas perintah dari pemerintah pendudukan jepang. Namun, ada juga sebagian dari kalangan pemuda bergerak pada organisasi – organisasi bawah tanah atau organisasi – organisasi illegal.
Pada masa pendudukan jepang, berbagai organisasi bentukan jepang diantaranya seinendan, keibodan, fujinkai, dan gokutotai. Organisasi itu tidak mampu bergerak keluar dari batas – batas objek propaganda pemerintah jepang. Namun, keadaan seperti ini tidak berlangsung lama karena pada pertengahan tahun 1944 atas inisiatif pemerintah pendudukan jepang berdiri sebuah organisasi untuk para pemuda yang bernama angkatan muda Indonesia ( AMI ). Dalam perkembangan berikutnya, organisasi AMI itu merupakan sebuah organisasi yang sangat anti kepada pemerintah penjajahan jepang.
Ketika AMI menyelenggarakan kongres pemuda, banyak hadir utusan – utusan dari berbagai kalangan organisasi pemuda. Mereka mewakili organisasi – organisasi pemuda, pelajar, mahasiswa dari seluruh jawa. Tokoh – tokoh pemuda yang hadir diantaranya jamal ali, chaerul saleh anwar tjokroaminoto serta sejumlah mahasiswa kedokteran ( ika daigoku) Jakarta. Mereka sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah jepang, melainkan merupakan usaha dan perjuangan dari seluruh rakyat Indonesia. Dalam kongres AMI tersebut terpancar dengan jelas jiwa –jiwa militant dan semangat nasionalisme yang tinggi dari kalangan pemuda untuk memperjuangkan tercapainya Indonesia merdeka.
Pada kongres AMI dinyanyikan lagu Indonesia raya yang diikuti dengan pengibaran bendera merah putih. Lagu kebnagsaan jepang, kimigayo, tidak mereka nyanyikan dan bendera jepang, himonaru, pun tidak dikibarkan. Pada kongres itu juga muncul pendapat tentang perlunya adanya persatuan para pemuda dibawah pimpinan serta mengusulkan untuk mempercepat proses dan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, terdapat kelompok pemuda yang merasa tidak puas terhadap penyelenggaraan kongres AMI, karena kongres itu masih berada dibawah dan lindungan dan kerja sama dengan pemerintah jepang. Diantara kalangan pemuda yang merasa tidak puas itu berasal dari kelompok pemuda sukarni, anwar tjokroaminoto, dan chaerul saleh.  Kelompok pemuda itu mengancam akan mengadakan kongres lain yang lebih radikal dan terbebas dari segala bentuk pengaruh pemerintah jepang.
Pada tanggal 15 juni 1945, sekelompok kalangan pemuda mendirikan sebuah organisasi pergerakan yang diberi nama gerakan angkatan baru Indonesia. Organisasi itu berpusat dimarkas pemuda menteng 3 1 jakarta. Ketua organisasinya adalah B.M Diah dengan anggotanya Supeno, Asmara Hadi, P. Gultom.
Untuk mempercepat terciptanya kemerdekaan,muncul kelompok pemuda yang radikal. Kelompok radikal itu tergabung dalam organisasi pemuda gerakan rakyat baru, sebagai hasil siding ke-8 Chuo Sangi In. ketika terjadi perang pasifik, jepang menggabungkan organisasi kepemudaan untuk memperoleh dukungan dari kalangan pemuda.  Jepang berharap agar pemuda memberikan bantuan kepada jepang untuk memenangkan peperangan. Penggabungan itu menjadi pemicu keluarnya kelompok pemuda radikal dari organisasi pemuda. Sejak saat itu muncul perselisihan yang kian tajam antara golongan tua denag golomgan muda, khususnya untuk merealisasikan Negara merdeka. Kelompok pemuda yng ingin mempercepat tercapainya proklamasi Indonesia diantaranya kelompok sukarni, kelompok pelajar dan mahasiswa, kelompok syahrir, kelompok angkatan laut ( kaigun ).
Kelompok sukarni ingin membentuk aksi massa dan menjalin hubungan kerjasama dengan organisasi illegal seperti kelompok pelajar dan mahasiswa yang berpusat dijalan prapatan 10 dan jalan cikina 17 yang dipimpin oleh johan nur. Kelompok itu berhasil menyatukan prlajar dan mahasiswa dalam suatu gerakan untuk menumbuhkan semangat perjuangan dalam upaya meraih kemerdekaan. Kelompok itu juga menyelenggarakan   rapat – rapat besar yang dihadiri oleh pelajar dan mahasiswa seluruh Jakarta. Kelompok sukarni juga bekerjasama  dengan kelompok syahrir dalam masalah perkembanagn politik luar negri yang berkaitan dengan proses kekalahan jepang. Setelah mendengar berita kekalahan jepang dari pasukan sekutu melalui siaran radio BBC ( british broadcasting corporation/ siaran radio inggris ), kelompok syahrir langsung menghadap Soekarno – Hatta. Mereka menuntut agar Soekarno –Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepat mungkin.
Kelompok Kaigun dengan tokohnya Mr. Ahmad Subardjo dan Sudiro berpusat di Jalan Bungur Besar, Jakarta. Mereka mendirikan asrama pemuda angkatan laut untuk mendidik para pemuda menjadi tenaga penggerak proklamasi. Tokoh – tokoh yang memberikan pelajarn diasrama itu antara lain Soekarno, Hatta, Iwa Kusumasumantri, dan guru- guru dari kalangan Kaigun. Disamping itu masih terdapat asrama pemuda dan pelajar seperti asrama di Kramat 45, Kebon Sirih 80, dan Pegangsaan Timur 17.

3.Perbedaan pendapat diantara Kelompok Pejuang
Sementara itu, pada tanggal 15 agustus 1945, Soekarno dan Moh. Hata baru kembali ke tanah air setelah memenuhi panggilan panglima mandala asia tenggara , Marsekal Terauchi yang berkedudukan di Saigon, Vietnam. Para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baru segera mengadakan pertemuan setelah mendengar berita kekalahan  Jepang. Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 08.00 malam. Para pemuda berkumpul diruang belakang laboratorium bakteriologi, jalan pegangsaan timur no 13 jakarta dibawah pimpinan Chaerul Saleh. Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung pada bangsa atau Negara lain.
Dengan segala macam bukti dan logika, bung Karno menolak pandangan golongan para pemuda. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi yang terorganisasi. Golongan tua cenderung ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI ( Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia ). Sebaliknya, Drs. Moh Hatta dan Mr. akhmad Subardjo berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia , baik datangnya dari pemerintah Jepang maupun hasil perjuangn bangsa Indonesia sendiri, tidak perlu dipersoalkan karena mereka berpandangan bahwa Jepang sudah kalah dalam Perang Pasifik. Menurut keduanya, yang perlu dihadapi adalah pasukan sekutu yang berusaha untuk mengembalikan kekuasaan Belanda atas wilayah Indonesia. Pendapat itu tidak mendapat tanggapan dari golongan pemuda, dan mereka tetap pada prinsipnya semula sehingga terjadilah perbedaan pendapat mengenai masalah kemerdekaan antara golongan tua dan golongan muda.

4.   Peristiwa Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang. Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain: agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada terlepas    dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa
Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.
B.     Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju ke rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting. Pada saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam perumusan teks proklamasi.
Setelah rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul permasalahan, siapa yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah proklamasi sebagai” Wakilwakil Bangsa Indonesia”. Usulan Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab sebagian besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni diterima.
Langkah selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno Hatta.Perubahan-perubahan tersebutmeliputi:
a.       kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b.      wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c.       tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah proklamasi yang autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya diubah di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul 09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno. Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan pidatonya.
Demikianlah teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan oleh Ir. Soekarno. Susunan acara yang direncanakan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yaitu:
a.       pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b.      pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c.        sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah dibacakan teks proklamasi, maka telah lahir Republik Indonesia. Suatu peristiwa yang bersejarah bagi bangsa Indonesia telah terjadi. Peristiwa yang sangat lama dinantikan oleh segenap lapisan masyarakat, tetapi membutuhkan pengorbanan yang tidak ternilai harganya. Untuk mengenang jasajasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta dalam peristiwa proklamasi, maka keduanya diberi gelar Pahlawan Proklamasi (Proklamator). Selain itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya menjadi Jalan Proklamasi, dan dibangun Monumen Proklamasi.
Setelah berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh semangat kebangsaan, dan telah mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak terhitung jumlahnya, maka peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik puncak perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia.
Berikut ini makna dan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia
                  1)         Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
                  2)         Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
                  3)         Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
                  4)         Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
                  5)         Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
Dengan proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun secara de jure.
C.     Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang  pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan  Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan ”Respect our Constitution, August 17!” Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus! Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
1.   Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
2.    Sam Ratulangi dari Sulawesi.
3.    Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4.    A. A. Hamidan dari Kalimantan.
D.    Proses Pembentukan Negara Pemerintahan Beserta Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara  haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim,  Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang  dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan tabel 11.2 berikut.

1 . Pembentukan Komite Nasional
Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.




3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November 1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen). Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa Indonesia.
Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia

Kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini dukungan terhadap pembentukan Negara Republik Indonesia.
1.      Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2.      Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3.      Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang sangat penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan konsep negara kesatuan yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal tersebut terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba. Dukungan terhadap negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda. Berikut ini beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
a.             Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut, pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
b.            Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
c.             Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
d.            Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19 September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
e.             Terjadinya Insiden Bendera di Hotel
Yamat amat amato, o, Sur Suraba aba abaya Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
f.             Di Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
g.            Sumatra Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
h.            Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa ini terjadi di Semarang pada tanggal 15 - 20 Oktober 1945. Peristiwa itu berawal ketika 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan dipindahkan ke Semarang. Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus bahwa cadangan air minum di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh Jepang. Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima. Pertempuran berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat dengan mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 yang kemudian menawan dan melucuti senjata tentara
Jepang. Untuk mengenang keberanian para pemuda Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah Tugu Muda yang terletak di kawasan Simpang Lima, Semarang.
i.              Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
j.              Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
k.            Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W. Lapian.









BAB II
KESIMPULAN

Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada Perang Dunia II setelah kota Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh Amerika Serikat. Keadaan ini menimbulkan kekosongan kekuasaan di Indonesia. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda untuk melakukan persiapan kemrdekaan. Namun terjadi perbedaan pendapat antara golingan muda dengan golongan tua mengenai waktu proklamasi kemerdekaan sehingga menyebabkan terjadi rengasdengklok.
Setelah melalui penjagaan tentara jepang yang ketat, proklamasi kemerdekaan berhasil dirumuskan. Keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh soekarno Hatta mewakili seluruh bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan ini mempunyai makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia karena akhirnya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bebas dari penjajahan bangsa asing dan berhak menentukan nasibnya sendiri secara mandiri.
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebar dengan cepat kehampir pelosok nusantara melalui selebaran ataupun siaran radio yang disiarkan kedalam dan luar negri. Proklamasi kemerdekaan ini disambut antusias seluruh rakyat Indonesia. Berbagai dukungan diberikan berbagai kalangan melaui rapat raksasa dilpangan ikada dan pernyataan Sri Sultan Hamengkubuono IX, serta daerah –daerah diseluruh Indonesia. Segera setelah Indonesia merdeka diikuti oleh tindakan – tindakan heroic diberbagai kota di Indonesia berupa pelucutan kekuasaan jepang, perampasan senjata, dan perebutan sarana – sarana vital yang dimiliki bangsa asing.
Langjah berikutnya adalah menyusun dan membentuk kelngkapan – kelengkapan Negara, antara lain mengesahkan dan menetapkan konstitusi, memilih presiden beserta wakil presiden, membentuk komite nasional Indonesia pusat dan daerah. Hal ini dilakukan agar roda pemerintahan bisa berjalan layaknya pemerintahan Negara – Negara lain. Sejak saat itu Negara Indonesia lahir.


DAFTAR PUSTAKA


Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. www.wikipedia.com. ( diakses tanggal 6 Juni 2011 )
Badrika,I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XII Program Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga